Thursday, October 22, 2009

AGAR TUNANETRA MELEK INTERNET

Ketika Tim Berners-Lee pertama kali mengembangkan WorldWideWeb (WWW), mimpinya sederhana, yaitu Internet mampu menyediakan informasi apa pun untuk dihubungkan ke mana pun sehingga menjadi sumber informasi untuk semua orang.

Internet milik semua orang, tidak terkecuali para penyandang cacat penglihatan. Saat ini, ada lebih dari 161 juta tunanetra dan penderita daya penglihatan rendah di seluruh dunia. Sementara itu, di Indonesia, ada lebih dari 3 juta tunanetra.

Berkaitan dengan itu, International Business Machine Corp. (IBM) menunjukkan kepeduliannya, misalnya melalui inovasi teknologi yang dinamakan Web Adaptation Technology (WAT), yang memungkinkan tunanetra mengakses Internet layaknya orang normal.

Pada bulan lalu, IBM Indonesia menyumbangkan peranti lunak itu kepada Yayasan Mitra Netra di Jakarta, sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan tersebut.

WAT adalah peranti lunak antarmuka yang menggunakan dynamic manipulation of web content, untuk mengubah halaman web menjadi tampilan yang lebih mudah dipahami oleh tunanetra dan orang lanjut usia yang mengalami penurunan daya penglihatan dan kemampuan saraf motorik.

Perubahan tampilan itu meliputi pembesaran tampilan isi--agar lebih mudah dibaca--dan pembacaan content teks--agar dapat didengarkan oleh tunanetra (text-to-speech)--serta navigasi sederhana tanpa membutuhkan tetikus, untuk mempermudah penderita kerusakan saraf motorik mengendalikan browser.

Fitur-fitur lain yang dimiliki peranti lunak ini di antaranya pembesaran gambar, pengubahan warna teks agar terlihat lebih kontras, penggunaan jenis huruf alternatif, penonaktifan animasi, penghilangan gambar, serta pembesaran tampilan penunjuk tetikus. Semua fitur dapat dikendalikan melalui menu yang simpel.

Yang jelas, kata Presiden Direktur IBM Indonesia Betti Alisjahbana, IBM memang berkomitmen mengembangkan inovasi-inovasi baru untuk membantu penderita cacat. "Teknologi ini membantu penyandang cacat berkomunikasi dan lebih mandiri untuk mengoptimalkan potensinya di masyarakat."

Selain WAT, IBM sedang mengembangkan tool baru agar para penderita tunanetra dan orang yang penglihatannya terbatas dapat menikmati content multimedia pada halaman web. Tool ini dibuat oleh periset tunanetra IBM asal Jepang, Chieko Asakawa.

Menurut Asakawa, tool ini mengatasi masalah pada software pembaca layar (program text-to-speech) saat menjumpai halaman web yang secara otomatis memainkan sebuah streaming video. Biasanya, suara narasi atau audio dari streaming video akan bertumpuk dengan suara program pembaca layar sehingga membingungkan penggunanya.

"Tool ini membuat pengguna dapat mengontrol media, seperti volume, play, stop, dan pause, dengan menggunakan tombol-tombol pintas," ujar Asakawa menjawab surat elektronik Tempo. Selain itu, kata Asakawa, tool ini dapat mengoptimalkan kerja pembaca layar dengan menggunakan adaptasi metadata.

Saat ini, kata Chieko, tool ini dapat bekerja dengan content, berformat Flash dan Windows Media Player. Asakawa menggunakan bahasa Java, program C++, serta aplikasi stand alone, untuk membangun pengadaptasi bagi Flash dan Windows Media Player itu.

Asakawa masih berusaha memperluasnya agar QuickTime dan RealPlayer juga dapat disinkronkan dengan segala bentuk program pembaca layar. Tak sampai di situ, "Saya ingin membuat sebuah teknologi aksesibilitas, yang bermanfaat untuk semua orang, tak hanya pengguna dengan keterbatasan penglihatan.


http://lsp-telematika.com/index.php?menu=1&nav=45&&type=media&&event=81

0 comments:

Post a Comment